Penyerangan Terhadap Seif Alwi, MENUNGGU SIKAP TEGAS PBNU

Gus muwafiq dan Sayyid Seif Alwi
Setelah Gus Muwafiq diserang kelompok pembenci NU, dengan meramu, menggoreng materi ceramah, hingga pelaporan oleh FPI ke Bareskrim. Padahal status ormas mereka izinya masih mengambang, namun tetap bertingkah polah.

Sedangkan dari pihak Gus Muwafiq pribadi dengan senang menerima peringatan, masukan, kritikan, serta sudah diklarifikasi sekaligus minta maaf dalam tempo sangat cepat dari kejadian.

Malam tadi, mobil Sayyid Seif Alwi diserang sekelompok orang.
Lokasi di Tanggerang.
Pelaku masih dalam proses penyelidikan kepolisian.

Taukah Anda???

Kenapa Sayyid Seif Alwi diserang dengan isu Habib Palsu?
Kenapa Gus Muwafiq diserang dengan isu menghina Nabi?
Kenapa Abuya Kyai Said di serang dengan isu Liberal?
Kenapa Abah Habib Luthfi di serang dengan isu Syi'ah?

Jawabannya adalah karena Beliau Beliau Mencintai NU dan Berjuang untuk NU bersama dengan PBNU!
Dan karena mereka adalah ulama yang nasionalis. Maka kaum nasionalis adalah musuh bagi para pengasong khilafah!

Sampai disini paham kan?

Nahdhiyyin, baik Struktural PBNU, maupun kultural harus cepat tanggap menyikapi persoalan terkait NU. 
Perlu kiranya ada satu rumusan putusan menyikapi persoalan yang akhir-akhir ini menarget NU, seiring tidak diloloskanya SKT FPI.

Selama kurun waktu SKT FPI belum diloloskan, pastinya akan mencari-cari pelampiasan, sebab pisisi FPI dan simpatisan adalah oposisi yang bahkan berani berdiri sendiri setelah sebelumnya memisahkan diri dari kubu Prabowo.
Nekat bukan...?  
Keputusan nekat biasanya tak jauh-jauh dari tindakan serampangan, sebab mereka menyadari sebagai minoritas.
Meski begitu, ada satu titik celah harapan, yakni harapan dari Menag yang sempat siur-siur jatuh cinta pada FPI, hingga berkehendak menyetujui SKT FPI. 

Dari arah yang lain, ustadz Yusuf Manshur dan TGB Zainul Majdi juga diserang oleh oknum tertentu.
Mungkin ulama' NU perlu pengawalan banser. Karena banyak oknum memanfaatkan sikap sabar nahdhiyyin srbagai titik lemah.

Nahdhiyyin kultural terlatih tidak mudah terpicu emosinya, serta bertindak atas seruan dari PBNU. Sekiranya PBNU diam, masalah akan semakin dibesar-besarkan disertai hembusan isu negatif dan hoax yang pelan tapi pasti bisa melemahkan NU, terutama NU kultural akan terombang ambing. Terlebih mereka memang bermanuver membidik NU kultural yang cenderung silent dalam beragama dan bernegara.

Ingat, mereka tak mengenal etika "tabayyun", melainkan suka langsung main penthung.
Ada ratusan refresensi kitab yang sama-sama kita dan mereka pelajari, bermadzhab yang sama pula, namun mereka tak menerima ikhtilaf, tak menerima perbedaan pendapat. Mereka kaku dengan sudut pandang mereka, meskipun dalam satu dalil yang sama, mereka menolak sudut pandang kelompok lainya.

Bila kita suka merangkul, mereka lebih suka memukul.
Bila kita suka bertabayyun, mereka labih suka menthung.
Bila kita suka diskusi, mereka lebih suka main eksekusi.
Bila kita suka ukhuwah basyariyah, mereka hanya suka ukhuwah islamiyah.
Bila kita terlatih menerima khilaful ulama' rohmatun, mereka justru menganggap khilaful ulama' laknatun, dhollun, munafiqun, kaafirun, naarun.

Fikroh, dakwah serta harokah mereka berbeda dengan kita (ahlussunah waljama'ah an nahdhiyyah). Jadi meskipun seagama, semadzhab, seormas, senegara, namun tak ada titik temunya.

Sumber : facebook

Post a Comment

0 Comments