Amar Maruf Nahi Munkar Artinya Bukan Kekerasan

Assalamu'alaikum...
Banyak sekali orang yang tanpa dilandasi ilmu yang cukup bertindak mengatasnamakan agama. Ia merasa sebagai wakil kebenaran. Sehingga perkataan harus diikuti tanpa mau menerima kritik. Karena sudah terlanjur ditokohkan, akhirnya terjadilah banyak kekacauan dan kerusuhan. dalam masyarakat awam. Karena pemahaman agama yang sempit menjadi pemicunya.
Amar Ma'ruf Nahi Munkar
Dalam agama Islam ada ajaran amar ma’ruf nahi mungkar. Konsep amar ma’ruf nahi munkar juga bisa mendatangkan pemahaman keliru sehingga mengidentikkannya dengan kekerasan. Hadis yang terkenal mengenai nahi munkar adalah:

Man ra-a minkum munkaran falyughayyirhu biyadih, faman lam yastathi’ fabilisanihi, faman lam yastathi’ fabiqolbihi, wahuwa adh’aful iman.

Yang memiliki Artinya kurang lebih sebagai berikut ini:

“Barang siapa diantara kalian melihat kemungkaran maka cegah lah dengan tangan kalian, apabila ia tidak bisa (berbuat demikian), maka hendaklah ia mengubah dengan ucapannya, dan kalau tidak sanggup (lagi), maka hendaklah ia melakukan dengan hatinya (mendo’akan), yang demikian adalah selemah-lemah iman.”

(H.R. Ahad bin Hanbal, Muslim dan Ashab as-Sunan (para ahli hadis penyusun kitab hadis Sunan).

Sekiranya hadis ini dipahami secara tekstual, maka cara nahi mungkar yang utama adalah dengan cara kekerasan, yaitu dengan tangan. Namun tidak semua riwayat hadis Nabi, salah satunya ayat Al-Quran, bisa dimengerti secara tekstual. Adakalanya yang tertulis mesti dipahami secara kontekstual. Mencegah dengan tangan tersebut bukanlah dimaknai dengan kekerasan, tetapi dengan kekuasaan.

Artinya kita harus mencegah kemungkaran dengan kekuasaan yang kita miliki, seorang pemimpin harus mencegah bawahannya dari perilaku kemungkaran, sebab dia berkuasa atas bawahannya, orang tua harus mencegah anaknya dari kemungkaran, sebab orang tua juga berkuasa atas anaknya, seorang suami juga mesti mencegah isterinya berbuat kemungkaran sebab suami berkuasa atas isterinya, begitu seterusnya.

Sayangnya pemahaman akan ajaran nahi munkar dan kasih sayang yang diembankan kepada umat Islam ini belum secara sungguh-sungguh dipraktekkan. Hal ini lebih banyak terjadi dikarenakan pemahaman dan pengamalan agama yang masih rendah. Sering kita lihat bagaimana sesama umat Islam saja hanya karena beda aliran, beda ustadz, beda pemahaman, beda atribut, beda almamater, saling merendahkan, menyalahkan, menyudutkan bahkan sampai tataran yang paling parah yaitu saling mengkafirkan.

Kita sering melihat bagaimana begitu intensnya pengajian di kampung kampung yang diadakan oleh masyarakat. Pengajian-pengajian ini diadakan secara bergiliran dari satu rumah-ke rumah lain. Sekilas nampak adanya kerukunan dan kebersamaan. Namun sayang peran kyai yang begitu sentral belum bisa mengubah pola pikir para pengikutnya akan arti penting perubahan menuju kemajuan. Para kyai masih merasa cukup puas dengan banyaknya para peserta pengajian. Sehingga materi terasa monoton.

Post a Comment

0 Comments