Virus Ideologi Radikalisme Mulai Dari PAUD Hingga Kuliah

Perkembangan teknologi yang makin canggih, trend penggunaan media sosial telah dimanfaatkan oleh kelompok radikal untuk menyebar pahamnya yang bisa mengancam ideologi Pancasila sebagai negara kesatuan RI. Perlu ada usaha bersama dari pemerintah, ormas, mahasiswa dan para pemuda, LSM serta pers dalam rangka membentengi masyarakat dari pengaruh paham radikal untuk menjaga keutuhan bangsa secara preventif.
Virus Ideologi Radikalisme Mulai Dari PAUD Hingga Kuliah
Peran aktif mereka sebagai benteng ideologi sangat efektif terhadap virus ideologi paham gerakan radikalisme yang tidak hanya merongrong dan mencoreng ajaran Islam, tetapi juga bisa mengancam persatuan dan kesatuan bangsa dan negara. Sangat penting bagi institusi pendidikan untuk membekali siswa-siswa nya dengan wawasan kebangsaan, keindonesiaan serta keislaman yang moderat, terbuka dan damai.

Hal ini penting karena generasi penerus bangsa ada ditangan para siswa ini. Dengan moment reformasi demokrasi, para pengusung ide radikal terus gencar mengembangkan pahamnya. Sekarang ini bisa kita lihat bagaimana tumbuh kembang lembaga pendidikan yang mereka bangun.

Mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sampai perguruan tinggi. Dengan kurikulum yang mereka ciptakan sendiri, mereka larang anak-anak untuk belajar menyanyi, apalagi lagu-lagu kebangsaan yang mereka anggap lagu memiliki lirik yang mengajak pada kemusyrikan. Sehingga merampas kegemaran anak untuk menyanyikan lagu anak-anak.

Para siswa juga dilarang dan tidak diajari menggambar, manusia dan binatang, sehingga jiwa seni anak tidak bisa bertumbuh dan berkembang secara normal. Apalagi ketika mereka berinteraksi dengan anak-anak sebaya dari sekolah umum.

Pendidikan yang terlalu mementingkan unsur pedagogy kemudian mengesampingkan unsur afeksi dan psikomotorik cenderung akan melahirkan anak-anak yang egois, asosial dan intoleran. Output dari para peserta didik itu sangat potensial menjadi anak-anak yang radikal serta berwawasan sempit. Mereka akan menjadi anak-anak yang aneh yang sulit beradaptasi dengan teman-teman lainya yang berpaham moderat, terbuka dan bersahabat dengan siapa saja.

Yang paling parah dari semuanya dalam kaitan bernegara dan menumbuhkan sikap nasionalisme adalah, ketiadaan acara upacara bendera yang itu merupakan satu keharusan di sekolah umum. Karena dengan upacara bendera bisa menumbuhkan rasa persatuan dan kesadaran berbangsa. Mereka cenderung eksklusif membangun sekolah. Para siswa yang diterima adalah para siswa dari putra-putri orang tua yang sefaham dengan institusi sekolah yang mereka dirikan.

Dari sekolah–sekolah seperti ini akan melahirkan generasi hitam putih yang sangat radikal, suka menyalahkan golongan yang berlainan faham dengan mereka. Dalam hal ini pemerintah dituntut untuk tegas mengambil sikap sebelum terlambat. Sebelum generasi muda radikal lahir di negara Indonesia yang sangat demokratis dan sangat toleran ini, yang sudah dengan susah payah dibangun oleh para pendahulu kita.

Jangan sampai terjadi di Indonesia, kekerasan atas nama agama seperti yang terjadi di Timur Tengah yang dilakukan oleh ideologi radikal yang kemudian meluas pengaruhnya ke seluruh dunia, hal ini menjadi ancaman serius bagi keutuhan NKRI. Radikalisme bukanlah ajaran Islam dan tidak diajarkan oleh Nabi, karena itu kita harus menolak segala bentuk radikalisme, karena Islam itu merangkul bukan memukul, membina dengan hati bukan menghina dan mencaci maki.

Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia. Ideologi radikal sangat bertentangan dengan semangat ukhuwah islamiyah dan idiologi Pancasila yang memiliki ciri khas masyarakatnya yang beragam, toleran dan inklusif. Agama dapat menjadi perekat perdamaian tetapi agama juga dapat menimbulkan ketegangan dan kekerasan sosial.

Konflik dan kekerasan antar umat beragama karena perbedaan keyakinan, pendirian tempat ibadah, perebutan tempat ibadah dan penggunaan simbol agama untuk kepentingan tertentu bisa menimbulkan reaksi dari kelompok lain. Kekerasan sosial yang ada sekarang ini menunjukkan dangkalnya pemahaman para pelaku kekerasan terhadap ajaran agama Islam.

Post a Comment

0 Comments