Radikalisme Marjinalisasi dan Ketidakadilan

Assalamualaikum.
Ideologi yang berkembang saat ini akan terus berkembang dan saling mempengaruhi antara satu ideologi dengan ideologi yang lain.

Radikalisme Marjinalisasi dan Ketidakadilan
Biasanya ideologi radikal akan berkembang secara subur dan cepat membesar di daerah-daerah dimana masyarakatnya merasa terpinggirkan. Mereka merasakan bagaimana keadilan itu benar-benar diwujudkan oleh pemerintah bagi semua rakyatnya.

Rasa terpinggirkan akan menimbulkan kecemburuan sosial. Karena banyaknya orang yang mengalami hal yang sama dalam masalah ketidakadilan dan terpinggirkan, maka mereka yang merasa senasib, seideologi akan bersatu membangun kekuatan nya sendiri. Untuk bisa menunjukkan kekuatan akan eksistensinya agar tidak dipandang sebelah mata oleh musuh atau pesaing pesaingnya.

Kebutuhan akan arti sebuah eksistensi merupakan hal yang wajar secara psikologis selama itu dilakukan secara sehat dan benar. Persaingan yang dilakukan secara emosional cenderung destruktif dan merusak tatanan yang sudah ada. Bagi mereka yang suka menonjolkan kelompoknya agar diakui di masyarakat, justru menunjukkan kalau dirinya kurang percaya diri dengan apa yang diyakininya.

Keyakinan Disandarkan pada kelompoknya, karena ia sendiri merasa kecil dan lemah, sehingga ia butuh kelompok untuk bisa mengaktualisasikan keberadaanya. Eksistensi merupakan suatu kebutuhan bagi setiap orang baik itu disadari ataupun tidak. Dalam hal ini kita tidak perlu memaksakan diri untuk bisa menonjol. Ikuti irama kehidupan masyarakat yang normal sebagaimana adanya, secara otomatis eksistensi kita akan diakui oleh masyarakat.

Justru sebaliknya kalau kita selalu berusaha menonjolkan eksistensi kita dengan menunjukkan keberbedaan kita dengan masyarakat, justru pengucilan yang akan kita dapatkan. Karena setiap kelompok masyarakat selalu memiliki tradisi, aturan dan konvensi yang dipelihara oleh para anggotanya. Maka selama kita hidup berada ditengah-tengah masyarakat tertentu, kitalah yang harus menyesuaikan, bukanya malah sebaliknya. Karena keberadaan kita dengan masyarakat yang ada sangatlah jauh perbandinganya. Karena ketika kita lahir masyarakat itu sudah ada dan kita menjadi bagian didalamnya.

Jadi kita telah terikat dan menjadi bagian darinya, makanya leluhur kita dulu selalu mengingatkan dengan mengatakan dimana bumi dipijak disitu langit harus dijunjung. Sebagai anggota masyarakat kita harus secara legowo mengikuti apa yang sudah menjadi kebiasaan masyarakat setempat.

Kita telah dibesarkan oleh masyarakat, maka sudah selayaknya kita mengabdi juga kepada masyarakat, selama itu tidak melanggar norma agama. Agama yang ditafsirkan secara sempit apalagi radikal. Keutuhan dan rasa persatuan yang ada dalam masyarakat harus terus kita jaga dan pelihara. Karena disitulah sebenarnya hakikat kehidupan yang sesungguhnya. Satu tempat dimana kita dilahirkan dan suatu saat nanti pasti kita akan dikuburkan.

Masyarakat berkembang secara pesat, begitu juga dengan ilmu dan teknologi yang selalu menyertainya. Budaya satu daerah akan berpengaruh atau dipengaruhi oleh budaya lain. Disini terus akan ada dialog antar budaya. Budaya terus berkembang searah dengan pemikiran manusia. Pemikiran yang dipengaruhi ilmu dan pendidikan serta ilmu dari pergaulan dan teknologi media sosial (medsos).

Medsos yang sedemikian populer dewasa ini bisa dimanfaatkan oleh siapa saja. Baik itu untuk kebaikan maupun kejelekan. Karena sifat teknologi memang seperti itu. Makanya kita dituntut untuk selalu berposisi sebagai subyek terhadap teknologi, karena kalau tidak maka kita justru akan menjadi obyek dan korban teknologi.

Pemanfaatan teknologi medsos yang digunakan secara baik akan berakibat baik pula bagi kehidupan manusia, walaupun masih ada saja yang menyimpang dan menggunakan medsos untuk hal-hal yang kurang bermanfaat dan bahkan untuk hal-hal negatif seperti untuk memecah belah umat. Melalui medsos youTube dibuat video-video yang saling menghina dan merendahkan antar kelompok, itu merupakan contoh penyalahgunaan yang justru akan berakibat buruk pada manusia.

Post a Comment

0 Comments